Kamis, 11 Desember 2014

Makalah Komunikasi Nonverbal Oleh Risal



Makalah Komunikasi


                         KOMUNIKASI NONVERBAL


Makalah Ini Di Presentasikan Dalam Bentuk Diskusi Dengan Dosen Pemandu

Ibu. Pattaling M. S.i
   





Di Susun Oleh
Kelompok III

                              Manto N Mustapa                                                       Novlin Hippy
                                Rizal Al Hasan                                                         Rahmawati Dai
                                       Ramli                        Wa Ode Sati                   Siskawati Usman 





INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI GORONTALO
 FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
T.A. 2014 - 2015
 










KATA PENGANTAR
بِسْمَ اللهِ الرحْمَنِ الرحِيْمِ
Puji syukur penulis  panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sang Pencipta alam semesta, manusia, dan kehidupan beserta seperangkat aturan-Nya, karena berkat limpahan rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Komunikasi Nonverbal” tepat pada waktunya.
            Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini tidaklah lain adalah untuk memenuhi salah satu dari sekian kewajiban pada mata kuliah “Pengantar Ilmu Komunikasi serta merupakan bentuk tanggung jawab langsung penulis pada tugas yang diberikan. Pada kesempatan ini, penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Demikian pengantar yang dapat penulis sampaikan dimana penulis pun sadar bawasannya penulis hanyalah seorang manusia yang tidak luput dari kesalahan dan kekurangan, sedangkan kesempurnaan hanya milik Tuhan Azza Wajalla hingga dalam penulisan dan penyusunannya masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan dari para pembaca
Akhirnya penulis hanya bisa berharap, bahwa dibalik ketidak sempurnaan penulisan dan penyusunan makalah ini adalah ditemukan sesuatu yang dapat memberikan manfaat atau bahkan hikmah bagi penulis, pembaca, ataupun seluruhnya. Amiin ya Rabbal ‘alamin.
Wassalalam,
Gorontalo,   19 November 2014

Penulis








DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................
DAFTAR ISI .....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
a.       Latar Belakang..................................................................................................
b.      Rumusan Masalah..............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
a.       Pengertian Komunikasi Nonverbal....................................................................
b.      Fungsi Komunikasi Nonverbal..........................................................................
c.       Klasifikasi Pesan Nonverbal..............................................................................
d.      Bahasa Tubuh....................................................................................................
e.       Sentuhan............................................................................................................
f.       Parabahasa.........................................................................................................
g.      Penampilan Fisik................................................................................................
h.      Bau-bauan..........................................................................................................
i.        Orientasi Ruang dan Jarak Pribadi....................................................................
j.        Konsep Waktu...................................................................................................
k.      Diam..................................................................................................................
l.        Warna................................................................................................................
m.    Artefak..............................................................................................................
BAB III PENUTUP
a.       Kesimpulan........................................................................................................
b.      Saran..................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................








BAB I
PENDAHULUAN
A.                Latar Belakang
            Komunikasi nonverbal adalah proses komunikasi dimana pesan disampaikan menggunakan symbol, gerak isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah dan kontak mata, penggunaan objek seperti pakaian, potongan rambut, dan sebagainya, simbol-simbol, serta cara berbicara seperti intonasi, penekanan, kualitas suara, gaya emosi, dan gaya berbicara.Para ahli di bidang komunikasi nonverbal biasanya menggunakan definisi "tidak menggunakan kata" dengan ketat, dan tidak menyamakan komunikasi non-verbal dengan komunikasi nonlisan. Contohnya, bahasa isyarat dan tulisan tidak dianggap sebagai komunikasi nonverbal karena menggunakan kata, sedangkan intonasi dan gaya berbicara tergolong sebagai komunikasi nonverbal. Komunikasi nonverbal juga berbeda dengan komunikasi bawah sadar, yang dapat berupa komunikasi verbal ataupun nonverbal.
            Meskipun secara teoritis komunikasi nonverbal dapat dipisahkan dari komunikasi verbal, dalam kenyataanya kedua jenis komunikasi itu jalin-menjalin dalam komunikasi tatap muka sehari-hari.Sebagian ahli berpendapat, terlalu mengada-ada membedakan kedua jenis komunikasi ini.Dalam bahasa tanda Amerika untuk kaum tuna rungu gerakan tangan yang digunakan sebenarnya bersifat linguistic.Dan dalam komunikasi ujaran, rangsangan verbal dan nonverbal itu hamper selalu berlangsung bersama-sama dalam berkombinasi.Kedua jenis rangsangan itu diinterpretasikan bersama-sama oleh penerima pesan.Tidak ada struktur yang pasti, tetap, dan dapat diramalkan mengenai hubungan antara komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal.Keduanya dapat berlangsung spontan, serempak, dan non-sekuensial.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan Komunikasi Nonverbal? 
2.      Apa saja hal-hal yang di bahas dalam Komunikasi Nonverbal? 







BAB II
PEMBAHASAN

A.                Pengertian Komunikasi Nonverbal
            Komunikasi nonverbal adalah proses komunikasi dimana pesan disampaikan menggunakan symbol, gerak isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah dan kontak mata, penggunaan objek seperti pakaian, potongan rambut, dan sebagainya, simbol-simbol, serta cara berbicara seperti intonasi, penekanan, kualitas suara, gaya emosi, dan gaya berbicara.Para ahli di bidang komunikasi nonverbal biasanya menggunakan definisi "tidak menggunakan kata" dengan ketat, dan tidak menyamakan komunikasi non-verbal dengan komunikasi nonlisan. Contohnya, bahasa isyarat dan tulisan tidak dianggap sebagai komunikasi nonverbal karena menggunakan kata, sedangkan intonasi dan gaya berbicara tergolong sebagai komunikasi nonverbal. Komunikasi nonverbal juga berbeda dengan komunikasi bawah sadar, yang dapat berupa komunikasi verbal ataupun nonverbal.
Kita mengpersepsi manusia tidak hanya lewat bahasa verbal-nya: bagaimana bahasanya (halus, kasar, intelektual, mampu berbahasa asing, dsb), namun juga melalui perilaku nonverbalnya. Pentingnya pesan nonverbal ini misalnya dilukiskan frase, “ Bukan apa yang ia katakan, melainkan bagaimana ia mengatakannya. “ Lewat perilaku nonverbalnya, kita dapat mengetahui suasana emosional seseorang, apakah ia sedang bahagia, bingung, atau sedih. Menurut Knapp dan Hall, isyarat nonverbal, sebagaimana symbol verbal, jarang punya makna denotative yang tunggal.Salah satu factor yang mempengaruhinya adalah konteks tempat perilaku yang berlangsung. Misalnya melihat mata orang dapat berarti afeksi dalam satu situasi dan agresi dalam situasi lain.
Komunikasi Nonverbal Menurut Para Ahli :
a.                   Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Secara sederhana pesan nonverbal adalah semua isyarat yang bukan berupa kata-kata.
b.                  Menurut Edward T.Hall, ia menamai bahasa nonverbal ini sebagai “bahasa diam” (silent language) dan “dimensi tersembunyi” (hidden dimension) suatu budaya

B.                 Fungsi Komunikasi Nonverbal
Meskipun secara teoritis komunikasi nonverbal dapat dipisahkan dari komunikasi verbal, dalam kenyataanya kedua jenis komunikasi itu jalin-menjalin dalam komunikasi tatap muka sehari-hari.Sebagian ahli berpendapat, terlalu mengada-ada membedakan kedua jenis komunikasi ini.Dalam bahasa tanda Amerika untuk kaum tuna rungu gerakan tangan yang digunakan sebenarnya bersifat linguistic.Dan dalam komunikasi ujaran, rangsangan verbal dan nonverbal itu hamper selalu berlangsung bersama-sama dalam berkombinasi.Kedua jenis rangsangan itu diinterpretasikan bersama-sama oleh penerima pesan.Tidak ada struktur yang pasti, tetap, dan dapat diramalkan mengenai hubungan antara komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal.Keduanya dapat berlangsung spontan, serempak, dan non-sekuensial.Akan tetapi, kita dapat menemukan setidaknya tiga perbedaan pokok antara komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal:
a)                  Pertama, sementara perilaku verbal adalah saluran tunggal, perilaku nonverbal bersifat multisaluran. Misalnya: yang diucapkan orang, yang kit abaca dalam media cetak, tetapi isyarat nonverbal dapat dilihat, didengar, dirasakan, atau dicicipi, dan beberapa isyarat boleh jadi berlangsung secara simultan.
b)                  Kedua, pesan verbal terpisah-pisah, sedangkan pesan nonverbal tersinambung. Artinya, orang dapat mengawali dan mengakhiri pesan verbal kapanpun ia mengkehendakinya, sedang pesan nonverbal tetap mengalir sepanjang ada orang yang hadir didekatnya.
c)                  Ketiga, komunikasi nonverbal mengandung lebih banyak muatan emosional daripada komunikasi verbal.
Dilihat dari fungsinya, perilaku nonverbal mempunyai beberapa fungsi. Paul Ekman menyebutkan lima fungsi pesan nonverbal :
o        Emblem. Gerakan mata tertentu merupakan symbol yang memiliki kesetaraan dengan symbol verbal. Kedipan mata dapat mengatakan, “Saya tidak sungguh-sungguh.”
o        Ilustrator.Pandangan kebawah dapat menunjukan depresi atau kesedihan.
o        Regulator. Kontak mata berarti saluran percakapan terbuka. Memalingkan muka menandakan ketidaksediaan berkomunikasi.
o        Pentesuai. Kedipan mata yang cepat meningkat ketika orang berada dalam tekanan. Itu merupakan respons tidak disadari yang merupakan upaya tubuh untuk mengurangi kecemasan.
o        Affect Display. Pembesaran manik mata (pupil dilation) menunjukan peningkatan emosi. Isyarat wajah lainnya menunjukan perasaan takut, terkejut, atau senang.
            Lebih jauh lagi, dalam hubungannya dengan perilaku verbal, perilaku nonverbal mempunyai fungsi-fungsi sbb :
·                     Perilaku nonverbal dapat mengulangi perilaku verbal, misalnya anda menganggukan kepala ketika anda mengatakan “Ya”.
·                     Memperteguh, menekankan atau melengkapi perilaku verbal. Misalnya anda melambaikan tangan seraya mengucapkan  “Selamat Jalan”.
·                     Perilaku nonverbal dapat menggantikan perilaku verbal, jadi berdiri sendiri, misalnya anda menggoyangkaan tangan anda dengan telapak tangan mengarah kedepan (sebagai pengganti kata “Tidak”).
·                     Perilaku nonverbal dapat meregulasi perilaku verbal. Misalnya anda sebagai mahasiswa mengenakan  jaket atau membereskan buku-buku.
·                     Perilaku nonverbal dapat membantah atau bertentangan dengan perilaku verbal. Misalnya, seorang suami mengatakan “Bagus”.
            Dari penjelasan diatas mengenai fungsi-fungsi komunikasi, kita bisa menyimpulkan bahwa dalam kehidupan manusia sehari-hari komunikasi nonverbal ini sangatlah penting, untuk menjaga kesalah pahaman dalam mengartikan suatu perkataan, bahasa isyarat dan gerakan tubuh, yang disampaikan oleh orang lain.

C.                Klasifikasi Pesan Nonverbal
            Menurut Ray L. Birdwhistell, 65% dari komunikasi tatap muka adalah noverbal, sementara menurut Albert Mehrabian, 93% dari semua makna sosial dalam komunikasi tatap muka diperoleh isyarat-isyarat nonverbal. Dalam pandangan Birdwhistell, kita sebenarnya mampu mengucapkan ribuan suara vokal, dan wajah kita dapat menciptakan 250.000 ekspresi yang berbeda. Secara keseluruhan, seperti dikemukakan para pakar, kita dapat menciptakan sebanyak 700.000 isyarat fisik yang terpisah, demikian banyak sehingga upaya untuk mengumpulkannya akan menimbulkan frustasi. Kita dapat mengklasifikasikan pesan-pesan nonverbal ini dengan berbagai cara. Jurgen Ruesch mengklasifikasikan isyarat nonverbal menjadi tiga bagian. Pertama , bahasa tanda (sign language) acungan jempol untuk numpang mobil secara gratis; bahasa isyarat tuna rungu; kedua, bahasa tindakan (action language) semua gerakan tubuh yang tidak digunakan secara eksklusif untuk memberikan sinyal, misalnya, berjalan; dan ketiga bahasa objek (object language) pertunujukan benda, pakaian, dan lambang nonverbal bersifat publik lainnya seperti ukuran ruangan, bendera, gamabar, musik, dan sebagainya, baik secara sengaja ataupun tidak.

D.                Bahasa Tubuh
            Bidang yang menelaah bahasa tubuh adalah kinesika (kinesics), suatu istilah yang diciptakan seorang perintis studi bahasa nonverbal, Ray L. Birdwhistell.Setiap anggota seperti wajah (termasuk senyuman dan pandangan mata), tangan, kepala, kaki dan bahkan tubuh secara keseluruhan dapat digunakan sebagai isyarat simbolik.Karena kita hidup, semua anggota badan kita senantiasa bergerak.Lebih dari dua abad yang lalu Blaise Pascal menulis bahwa tabiat kita adalah bergerak, istirahat sempurna adalah kematian. Ada beberapa gerakan isyarat yang masuk dalam bahasa tubuh :
1)       Isyarat Tangan
            Kita sering menyertai ucapan kita dengan isyarat tangan. Perhatikanlah orang yang sering menelpon, meskipun lawan bicara tidak terlihat ia menggerak-gerakan tangannya. Isyarat tangan atau “berbicara dengan tangan” termasuk apa yang disebut emblem, yang dipelajari, yang punya makna dalam suatu budaya atau subkultur. Meskipun isyarat tangan yang digunakan sama maknanya boleh jadi berbeda, atau isyarat fisiknya berbeda, akan tetapi maksudnya sama.
2)       Gerakan Kepala
            Gerakan kepala ialah suatu isyarat anggota tubuh, yang bermaksud untuk Smenyatakan “ ya atau tidak”. Sebagai contohnya, di beberapa negara anggukan kepala malah berarti “tidak”, seperti di Bulgaria, sementara isyarat “ya” di negara itu ialah menggelengkan kepala.Orang Inggris, seperti orang Indonesia menganggukan kepala untuk menyatakan bahwa mereka mendengar, tapi tidak berarti menyetujui.
3)       Postur Tubuh Dan Posisi Kaki
            Postur tubuh sering bersifat simbolik, beberapa postur tubuh tertentu diasosiakan dengan status social dan agama tertentu.Selama berabad-abad rakyat tidak boleh berdiri atau duduk lebih tinggi daripada (kaki) raja atau kaisarnya.Mereka harus berlutut atau bahkan bersujud untuk menyembahnya.Postur tubuh memang mempengaruhi citra diri, beberapa penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan antara fisik dan karakter atau temperamen.
4)       Ekspresi Wajah Dan Tatapan Mata
            Dalam suatu komunikasi  nonverbalekspresi wajah dan mata ini mempunyai banyak fungsi dan manfaat. Contohnya, hanya dengan melakukan ekspresi wajah, dan khususnya tatapan pandanagan mata, meskipun tidak berkata-kata itu sudah meyakinkan apa yang ingin kita sampaikan kepada orang lain.

E.                 Parabahasa
            Para bahasa, atau vokalika  (vocalics), merujuk pada espek-aspek suara selain ucapan yang dapat dipahami , misalnya kecepatan berbicara, nada (tinggi atau rendah), intensitas (volume) suara, intonasi, kualitas vokal (kejelasan), warna suara, dialek, suara serak, suara sengau, suara teputus-putus, suara yang bergetar, suitan, siulan, tawa, erangan, tangis, gerutuan, gumaman, desahan, dan sebagainya. Setiap karakteristik suara ini mengkomunikasikan emosi dan pikiran kita. Suara yang terengah-engah menandakan kelemahan, sedangkan ucapan yang terlalu cepat menandakan ketegangan, kemarahan, atau ketakukan. Riset menunjukkan bahwa

F.                 Sentuhan ( Toucing )
            Ialah yang dilambangkan dengan sentuhan badan. Menurut bentuknya sentuhan badan dibagi tiga jenis, yaitu :
1)                   Kinesbetic       
            Ialah isyarat yang ditunjukan dengan bergandengan tangan satu sama lain, sebagai symbol keakraban dan kemesraan.
2)                   Sosiofugal
            Ialah isyarat yang ditunjukan dengan jabat tangan atau saling merangkul. Umunya orang Amerika dan Asia Timur dalam menunjukan persahabatan ditandai dengan  jabat tangan, sedangkan orang Arab dan Asia Selatan menunjukan persahabatan lewat sentuhan pundak atau berpelukan.
3)                   Thermal
            Ialah isyarat yang ditunjukan dengan sentuhan badan yang terlalu emosional sebagai tanda persahabatan yang begitu intim.Misalnya menepuk punggung, karena sudah lama tidak lama tidak bertemu.
            Menurut Heslin, terdapat lima kategori sentuhan, yang merupakan suatu rentang dari yang sangat impersonal hingga yang sangat personal. Kategori-kategori tersebut adalah sbb :
o        Fungsional – professional. Disini sentuhan bersifat “dingin” dan berorientasi-bisnis, misalnya pelayan toko membantu pelanggan memilih pakaian.
o        Sosial – sopan. Perilaku dalam situasi ini membangun dan memperteguh pengharapan, aturan dan praktek social yang berlaku, misalnya berjabatan tangan.
o        Persahabatan – kehangatan. Kategori ini meliputi setiap sentuhan yang menandakan afeksi atau hubungan yang akrab, misalnya dua orang yang saling merangkul setelah lama berpisah.
o        Cinta –keintiman. Kategori ini merujuk pada sentuhan yang menyatakan keterikatan emosional atau ketertarikan, misalnya mencium pipi orang tua dengan lembut.
o        Rangsangan seksual. Kategori ini berkaitan erat dengan kategori sebelumnya, hanya saja motifnya bersifat seksual. Ramgsangan seksual tidak otomatis bermakna cinta atau keintiman.
            Seperti makna pesan verbal, makna pesan nonverbal, termasuk sentuhan, bukan hanya bergantung pada budaya, tetapi juga pada konteks.Jabatan tangan kepada seorang kawan lama bisa berarti “Saya senang berjumpa dengan kamu lagi”, kepada orang yang baru kita kenal pertama kali.

G.        Penampilan Fisik
            Perhatian pada penampilan fisik tampaknya universal. Setiap orang punya persepsi mengenai penampilan fisik seseorang, baik itu busananya (model, kualitas bahan, warna), dan juga ornamen lain yang dipakainya, seperti kaca mata, sepatu, tas, jam tangan, kalung, gelang, cincin, anting-anting, dsb. Seringkali orang memberi makna tertentu pada karakteristik orang yang bersangkutan, seperti bentuk tubuh, warna kulit, dan model rambut. Dalam tatanan penampilan fisik, dapat dibagi dua bagian :
1)                  Busana
            Nilai-nilai agama, kebiasaan, tuntunan lingkungan (tertulis atau tidak), nilai kenyamanan, dan tujuan pencintraan, semua itu mempengaruhi cara kita berdandan. Bangsa-bangsa yang mengalami empat musim yang berbeda menandai perubahan musim itu dengan perubahan cara mereka berpakain. Banyak subkultur atau komunitas mengenakan busana yang khas sebagai simbol keanggotan mereka dalam kelompok tersebut. Dan kemudian sebagian orang berpandangan bahwa pilihan seseorang atas pakaian mencerminkan kepribadiannya, apakah ia orang yang konservatif, religious, modern, atau berjiwa muda.
2)                   Karakteristik Fisik
            Seorang pria berwajah klimis boleh jadi bertanya kepada pria lain yang berjenggot, “Mengapa Anda Berjenggot?” padahal pertanyaan “Mengapa Anda Berwajah Klimis?”  sama sahnya untuk diajukan kepadanya. Pria muslim berjenggot sering dipersepsi sebagai fanatic dan fundamentalis, tetapi tahukah anda bahwa wajah klimis konon melambangkan wajah-wajah para atlet Yunani. Karakteristik fisik seperti daya tarik, warna kulit, rambut, kumis, jenggot, dan lipstick, jelas dapat mengkomunikasikan sesuatu.

H.                Bau-bauan
            Bau-bauan, terutama yang menyenangkan (wewangian, seperti deodoran, eau de toilette, eau de cologne, dab parfum) telah berabad-abad digunakan orang, juga untuk menyampaikan pesa, mirip dengan cara yang juga yang dilakukan hewan. Suku-suku primitif di pedalaman telah lama menggunakan tumbuh-tumbuhan sebagai bahan wewangian. Pada zaman Nabi Muhammad, wanita yang ayahnya meninggal dunia, dianjurkan untuk berkabung selam tiga hari. Sebagai tanda berkabung itu, mereka tidak menggunakan wewangian selama itu. Namun kaum pria dianjurkan menggunakan wewangian pada saat mereka melaksanakan salat Jum’at. Kita dapat menduga bagaimana sifat seseorang dan selera makananya atau kepercayaannya berdasarkan bau yang berasal dari tubuhnya dan dari rumahnya. Bau kemenyan yang berasal dari rumah tetangga kita setiap malam Jum’at mengkomunikasikan kepercayaan penghuni rumah itu, sebagaimana bau goreng jengkol dari rumah yang sama dapat menyampaikan pesan mengenai selera makan pemilik rumah.
            “Wewangian mengirim kesan lebih mendalam ke otak ,” kata Harry Darsono, perancang model terkenal, sementara Victor Hugo mengatakan, ”Tidak sesuatu pun membangkitkan kenangan seperti suatu bau ”. Bau bunga melati mungkin akan mengingatkan kita pada kematian seseorang yang kita kasihi belasan tahun lalu, atau pada perkawinan kita puluhan tahun lalu. Bau parfum tertentu pun boleh jadi mengingatkan kita pada seseorang yang khusus: ibunda, istri, mantan pacar,  atau sahabat yang mungkin telah tiada.

I.                   Orientasi Ruang Dan Jarak Pribadi
            Setiap budaya punya cara khas dalam mengkonseptualisasikan ruang, baik di dalam rumah, di luar rumah ataupun dalam berhubungan dengan orang lain. Edward T. Hall adalah antropolog yang menciptakan istilah proxemics (proksemika) sebagai bidang studi yang menelaah persepsi manusia atas ruang (pribadi dan sosial), cara manusia menggunakan ruang dan pengaruh ruang terhadap komunikasi.
o        Ruang Pribadi vs Ruang Publik
            Setiap orang baik ia sadar atau tidak, memiliki ruang pribadi (personal space) imajiner yang bila dilanggar, akan membuatnya tidak nyaman. Untuk membuktikan lebih seksama bahwa setiap orang mempunyai ruang pribadi ini- bila Anda laki-laki, hampirilah seorang wanita yang anda tidak kenal (yang biasanya ruang pribadinya lebih besar dari pada ruang pribadi orang yang anda kenal) sedekat mungkin dengan anda. Misalnya anda duduk tiba-tiba disampingnya diperpustakaan, padahal ruang yang ada cukup lapang. Ia pasti akan memberikan reaksi, seperti bergeser kesamping, atau meletakkan buku atau tas sebagai penbatas antara dia dan anda. Bila ia pindah ketempat lain, ikuti dia dan duduklah di dekatnya seperti tadi. Kali ini mungkin ia akan cemberut, menggerutu, atau memelototi anda. Jika ia menjauh lagi, dekati lagi. Kini mungkin ia membentak anda untuk tidak mengganggunya, atau ia kabur meniggalkan anda. Dalam interaksi sehari-hari di dalam dan di luar rumah, kita mengklaim wilayah pribadi kita. Keluarga menetapkan siapa menempati kamar yang mana. Kamar tidur lazimnya adalah wilayah paling pribadi, sementara ruang-ruang lainnya yang kurang pribadi berturut-turut adalah ruang tengah, ruang tamu, teras, halaman, dan jalan.
o   Posisi Duduk dan Pengaturan Ruangan
            Saat anda pertama kali memasuki ruang kuliah dan memilih kursi, anda harus memutuskan dimana anda harus duduk, di depan, di tengah, atau di belakang. Posisi duduk yang anda putuskan, bila anda berpeluang untuk itu, boleh jadi akan ditafsirkan orang, termasuk dosen anda. Bila anda memilih duduk di depan, mugkin anda dianggap orang pandai, inign memperoleh nilai yang baik, hangat, terbuka, atau mencari perhatian. Posisi tengah mungkin diidentikkan dengan kerendahan hati, tidak ingin menonjol, sedangkan posisi belakang mungkin diasosiasiakan dengan ketidakpedulian atau kebodohan.

J.                  Konsep Waktu
            Waktu menentukan hubungan antar manusia. Pola hidup manusia dalam waktu dipengaruhi oleh budayanya. Waktu berhubungan erat dengan perasaan hati dan perasaan manusia . Kronemika  (chronemics) adalah studi dan interpreyasi atas waktu sebagai pesan.
            Edward T. Hall membedakan konsep waktu menjadi dua: waktu monokronik (M) dan waktu polikronik (P). Penganut waktu polikronik memandang waktu sebagai suatu putaran yang kembali dan kembali lagi. Mereka cenderung mementingkan kegiatan-kegiatan yang terjadi dalam waktu ketimbang waktu itu sendiri, menekankan keterlibatan orang-orang dan penyelesaian transaksi ketimbang menepati jadwal waktu. Sebaliknya penganut waktu monokronik cenderung mempersepsi waktu sebagai berjalan lurus dari masa silam ke masa depan dan memperlakukannya sebagai entitas yang nyata dan bisa dipilah-pilah, dihabiskan, dibuang,dihemat, dipinjam, dibagi, hilang atau bahkan dibunuh, sehingga mereka menekankan penjadwalan  dan kesegaran waktu. Penganut waktu M cenderung lebih menghargai waktu , tepat waktu, dan membagi-bagi serta menepati jadwal waktu secara ketat, menggunakan satu segmen waktu untuk mencapai satu tujuan. Sebaliknya penganut waktu P cenderung lebih santai, dapat menjadwalkan waktu untuk mencapai beberapa tujuan sekaligus.
K.                Diam
            Ruang dan waktu adalah bagian dari lingkungan kita yang juga dapat diberi makna. John Cage mengatakan, tidak ada sesuatu yang disebut ruang kosong atau waktu kosong. Sebenarnya bagaimanapun kita berusaha untuk diam, kita tidak dapat melakukannya. Penulis dan filosof Amerika Henry David Thoreau pernah menulis,”Dalam hubungan manusia mulai bukan ketika ada kesalahpahaman mengenai kata-kata, namun ketika diam tidak dipahami.” Sayangnya, makna yang diberikan terhadap diam terikat oleh budaya dan faktor-faktor situasional. Faktor-faktor yang mempengaruhi diam antara lain adalah durasi diam, dan situasi atau kelayakan waktu.
            Dalam beberapa budaya, diam itu kurang disukai dari pada berbicara. Dalam banyak situasi sosial kita menghargai pembicaraan, seberapa kosong pun pembicaraan itu. Tujuannya adaalah untuk melepaskan ketegangan dan mengatasi keterasingan. Akan tetapi dalam beberapa budaya lain, diam itu justru menyenangkan. Dalam budaya Jepang Dan Finlandia, diam (jeda) saat berbicara yang mengantarai suatu kalimat dengan kalimat berikutnya atau topik dengan topik berikutnya adalah hal yang wajar, meskipun bagi orang Barat dan sebagian orang Timur, hal itu terasa menggelisahkan dan sulit dipahami.

L.                 Warna
            Kita sering menggunakan warna untuk untuk menunjukkan suasana emosional, cita rasa, afiliasi politik, dan bahkan mungkin keyakinan agama kita, seperti ditinjukkan  kalimat atau frase berikut: wajahnya merah, koran kuning, feeling blue, matanya hijau kalau melihat duit, kabinet ijo royo-royo, dan sabagainya. Di Indonesia warna merah muda adalah warna feminim (konon juga warna romantis yang disukai orang jatuh cinta), sedangkan warna biru adalah warna maskulin. Tidak sedikit wanita yang baru melahirkan membelikan barang-barang berwarna merah muda untuk anak perempuannya dan benda-benda berwarna biru untuk anak lelakinya. Dua warna bertolak belakang yang palig banyak dikupas dalam berbagai wacana, dari wacana keagamaan hingga fiksi, adalah putih dan hitam. Warna putih sering bermakna positif, seperti suci, murni, atau bersih. Warna putih dalam bendera Indonesia digambarkan sebagai mewakili kesucian (sementara warna merahnya melambangkan keberanian). Sedangkan warna hitam sering berkonotasi negatif seperti jahat, licik, buruk, atau kotor.
            Dalam tiap budaya terdapat konvensi tidak tertulis mengenai warna pakaian yang layak dipakai ataupun tidak. Kaum wanita umumnya lebih bebas memilih warna pakaian. Mereka lebih lazim menggunakan pakaian berwarna menyala, seperti merah atau ungu, dari pada pria. Norma ini tampaknya berlaku juga  dalam banyak budaya, termasuk di Barat. Bila anda sebagai pria memakai kemeja berwarna merah menyala atau ungu, hampir bisa dipastikan semua orang akan melirik anda, dan mungkin menganggap anda orang yang aneh (feminim).

M.               Artefak
            Artefak adalah benda apa saja yang dihasilkan kecerdasan manusia. Aspek ini merupakan perluasan lebih jauh dari pakaian dan penampilan. Benda –benda yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dan dalam interaksi manusia, sering mengandung makna-makna tertentu. Rumah, kendaraan, perabot rumah dan modelnya (furnitur , barang elektronik, lampu kristal), patung, lukisan, kaligrafi, foto saat bersalaman dengan presiden, buku yang kita pajang di ruang tamu, koran dan majalah yang kita baca, botol minuman keras, bendera, dan benda-benda lain dalam lingkungan kita adalah pesan-pesan bersifat nonverbal, sejauh dapat diberi makna.




BAB III
PENUTUP
A.                Kesimpulan
            Komunikasi nonverbal adalah proses komunikasi dimana pesan disampaikan menggunakan symbol, gerak isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah dan kontak mata, penggunaan objek seperti pakaian, potongan rambut, dan sebagainya, simbol-simbol, serta cara berbicara seperti intonasi, penekanan, kualitas suara, gaya emosi, dan gaya berbicara.         Tanpa memperhatikan sungguh-sungguh bagaimana budaya mempengaruhi komunikasi, termasuk komunikasi nonverbal dan pemaknaan terhadap pesan nonverbal tersebut, kita bisa gagal berkomunikasi dengan orang lain. Bila perilaku nonverbal orang lain berbeda dengan perilaku nonverbal kita, sebenarnya itu tidak berarti orang itu salah, bodoh atau sinting; alih-alih, secara kultural orang itu sedikit berbeda dengan kita.

B.                 Saran
            Makalah ini di harapkan bisa menambah wawasan pengetahuan kita, tentang bagaimana cara berkomunikasi nonverbal, mengetahui perbedaan dan bentuk-bentuknya termasuk juga memahami ketika terjadi perbedaan penggunaan komunikasi nonverbal yang di pengaruhi oleh budaya masing-masing agar kita tidak terjebak pada apa yang disebut dengan “etnosentrisme” (menganggap budaya sendiri sebagai standar mengukur budaya orang lain).






DAFTAR PUSTAKA

Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi. Bandung: Rosda, 2014















1 komentar:

  1. CASINO GIVES US MOST UP TO $100M DEPOSIT
    Casino Rewards | 제주 출장샵 $100M Casino Rewards | $300M 의정부 출장안마 Casino Rewards | 용인 출장마사지 $300M Casino 포항 출장안마 Rewards | $400M Casino Rewards | $800M Casino Rewards | $800M 계룡 출장샵 Casino

    BalasHapus